Selasa, 08 Februari 2011

TEKNIK PEWARNAAN



              

        Ketika daerah-daerah lain masih menggunakan teknik celup ( dipping technique ) dalam hal teknik pewarnaan, maka selain teknik tersebut, teknik melukis ( natural brushing technique ) juga digunakan oleh para pengrajin Batik Pekalongan, terutama setelah bahan pewarna kimia masuk ke Pekalongan. System melukis mempermudah dalam mencapai warna yang dikehendaki pada saat yang bersamaan, sehingga setiap detail ragam hias dapat dilukis dan diwarnai dengan cepat dan sempurna sesuai dengan aslinya. Oleh karena itu, teknik melukis warna dengan sapuan kuas ( colet ) bukanlah suatu hal baru bagi pengrajin batik Pekalongan. Hal tersebut disebabkan Karen teknik semacam itu erat kaitannya dengan kemajuan yang dicapai didunia industry kerajinan tangan ( terutama kerajinan sutera dan porselin ) di Cina pada masa kekaisaran Dinasti Ming.
Menurut Wolfarm Eberhard , perdagangan luar negeri dalam kerajinan sutera dan keramik itu telah membawa pengaruh besar terhadap perdagangan batik, teknik yang digunakan, serta cara memperoleh kemudahan untuk mendapatkan kain dan bahan pewarna. India merupakan Negara pemasok utama bagi Cina dalam mata rantai perdagangan bahan pewarna yang berupa Indigo. Menurut Rouffaer, pada masa Dinasti Ming. Menurut Wolfarm Eberhard, perdagangan luar negeri, dalam kerajinan sutera dan keramik itu telah membawa pengaruh besar terhadap perdagangan batik, teknik yang digunakan, serta cara memperoleh kemudahan untuk mendapatkan kain dan bahan pewarna.
India merupakan Negara pemasok utama bagi Cina dalam mata rantai perdagangan bahan pewarna yang berupa indigo. Menurut Rouffaer, pada masa Dinasti Ming, bahan pewarna kimia didatangkan dari India melalui jalur perdagangan bahan pewarna tekstil yang mengikuti jalur lama, yaitu dari India ke Indonesia dan dari Indonesia ke Cina. Hal tersebut diuraikan lebih rinci dalam uraian tentang perjalanan Cheng-Ho ke samudera barat yang ditulis dalam Zheng He Xia Yang.
Jalur perdagangan Cina mulai Nanjing yang merupakan Ibukota  kerajaan. Kapal-kapal dagang mulai berlabuh di Qui-Nho kemudian melalui laut Cina Selatan langsung ke Jawa selanjutnya ke Palembang, samudera Pasai serta Lamiri. Selanjutnya jalur perdagangan itu menuju ke kalkuta (India) atau teluk Benggala (Benggali) dan seterusnya dapat dilanjutkan ke Arab atau Negara-negara di Afrika serta Eropa serta demikian pula sebaliknya. Dengan adanya hubungan perdagangan antar pulau dan antar Negara tersebut, maka pedagang Pekalongan tidak kesulitan untuk mendapatkan pengetahuan tentang bahan kain, bahan pewarna maupun tekniknya. Hal itu disebabkan karena Jawa, terutama kota – kota pelabuhan disepanjang peisisr Utara seperti Surabaya, Gresik, Tuban, Demak, Cirebon maupun Pekalongan adalah pusat-pusat pelabuhan yang merupakan tempat singgah bagi para pedagang Cina dan India.  

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda